Sepik Hukum
Membahas hukum dan seputarnya dengan santai, mudah…
Membahas hukum dan seputarnya dengan santai, mudah…
Podcast Sepertiga Malam adalah podcast religi Islam,…
Ini adalah obrolan ringan dengan pembahasan yang bisa…
Obrolan santai antara Bang @koms_dirtyrockin bersama…
Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal. Ini adalah cerita…
Menjalani bulan Ramadan di negeri seberang menghadirkan…
Obrolan santai, informatif, dan mendalam, antara redaktur musik medcom Shindu Alpito bersama para musisi dan pelaku industri hiburan lainnya.
Kendati nyaris bubar, ternyata karya band asal Bandung ini telah berlabuh ditelinga warga Korea Selatan. Beberapa lagu @moccaofficial ternyata sudah dijadikan soundtrack film dan iklan di Korea Selatan.
Bergeser sedikit ke negeri Sakura, MoccA sempat menandatangani kontrak dengan salah satu indie records di Jepang, Excellent Records, untuk mengisi satu lagu dalam album yang format rilisannya adalah kompilasi book set (3 Set) yang berjudul "Pop Renaisance"
Di Tanah Air sendiri, band yang mengusung musik swing, bossa nova, pop dan jazz ini tak bisa dilepaskan dari siklus kebangkitan indie di Tahun 2000-an awal.
Peluncuran album bertajuk "My Diary" (2002) meledak di pasaran. "Secret Admirer" dan "Me and My Boyfriend" menjadi hits di mana-mana.
Talk sampai di situ, video klip "Me and My Boyfriend" mendapat penghargaan sebagai "best video of the year" versi MTV Penghargan Musik Indonesia 2003.
Dan hingga saat ini MoccA masih tetap produktif berkarya, hal itu ditandai dengan peluncuran lagu terbaru MoccA,
berjudul Brand New Day", Jumat 20 November 2020.
Siapkan kuota tambahanmu friend untuk mendengarkan obrolan tak berjarak dan mendalam beraam host karismatik dan berkarakter @shindualpito
21 tahun sudah Mocca hadir di kancah musik Indonesia. Menelusuri ruang-ruang silam yang sebelumnya tak terjamah. Mocca adalah band yang punya peran penting dalam pergerakan industri musik independen yang bermekaran pada medio awal 2000-an. Pada zamannya, Mocca kelewat berani. Menghadirkan musikalitas yang berbeda dari apa yang disuguhkan industri. Tapi keberanian itu yang pada akhirnya membawa Mocca pada titiik tersendiri dalam sejarah musik Indonesia. Lebih mengagumkan lagi, selama lebih dari dua dekade mereka mampu menjaga keutuhan personel. Dalam wawancara bersama Shindu, Mocca terang-terangan menceritakan bagaimana mereka berjibaku dengan ancaman bubar, dan kemungkinan-kemungkinan buruk lainnya. Namun keniscayaan pada musik dan persahabatan yang akhirnya menyelamatkan mereka sampai hari ini.
Karya-karya The Brandals terus dirayakan tanpa terkekang waktu. Menjadi anthem bagi mereka yang menghayati hidup kelas pekerja, atau jemaat rock & roll yang selalu butuh raungan gitar dan drum yang rancak, plus suguhan para personel karismatik. Dalam bagian kedua obrolan Shindu's Scoop bersama The Berandals ini, ada cerita di balik beberapa lagunya.
Sejak mengukuhkan diri lewat album debut pada 2003, The Brandals setia menghadirkan suara susah jalanan. Membalut sumpah-serapah, serta doa yang tak muluk-muluk amat dari para kelas pekerja Ibu Kota, dalam sebuah mazmur bernapas rock & roll.
Jika bicara perusahaan rekaman yang punya andil besar dalam pergerakan independen, lantas melengkapi perjalanan sebuah kultur, jelas Aksara Records adalah sejarah. Bagi dua sosok pendirinya, Hanindito Sidharta dan David Tarigan, seluruh perjalanan dan naik-turunnya Aksara adalah sebuah titik penting. Pada bagian kedua podcast Shindu's Scoop ini Hanin dan David mengisahkan perjalanan itu juga menyampaikan gagasan baru Aksara.
Gelombang independen di Indonesia awal 2000-an membawa banyak pengaruh pada industri dan kultur musik kita sampai hari ini. Aksara Records adalah 'sosok' penting di dalamnya, dengan merespons geliat indie ini lewat album kompilasi paling berpengaruh dalam dua dekade terakhir, yaitu JKT: SKRG. Dari rahim Aksara lahir beberapa band besar seperti The Adams, White Shoes and The Couples Company, hingga Sore. Nah, dalam podcast Shindu's Scoop kali ini sang pendiri, Hanin Sidharta dan David Tarigan secara eksklusif menjelaskan seluk-beluk Aksara Records.
Peristiwa hidup dalam 6 tahun ke belakang - dari kepergian sang ayah sampai kisah cinta yang kandas - membuat Ras Muhamad mengendapkan diri, dan akhirnya kembali dengan tatapan tajam sebagai seorang Satryo (Kesatria), sesuai judul album terbarunya. Album terbaru Ras adalah karya yang lahir dari upaya-upaya meretas diri, menyelami imaji, sampai akhirnya bermuara pada pertemuan spiritualisme yang menyelamatkan.
Ras Muhamad merupakan sosok penting dalam reggae Indonesia. Ras berperan dalam membuka cakrawala, memperkenalkan penggemar reggae di Indonesia bahwa musik asal Jamaika ini tak sebatas Bob Marley. Belakangan, Ras mengalami transformasi besar dalam karier musiknya. Setelah 15 tahun lalu hadir dengan persona Reggae Ambassador atau Duta Reggae Indonesia, kini Ras menanggalkan titel itu menuju entitas diri yang baru. Soal apa dan mengapanya dibahas tuntas dalam podcast Shindu's Scoop kali ini.
Selain menginisiasi Festival Rock yang bisa dibilang jadi "game changer" di industri musik, nama Log Zhelebour juga tercatat sebagai produser tiga album God Bless, yaitu Semut Hitam, Raksasa, dan Apa Kabar. Kala itu, sedikit sekali "pemodal" yang berani mempertaruhkan uangnya untuk musik rock. Log adalah orang yang nekat itu, dan berhasil. Dan, puncak kejayaannya pada era 1990-an hingga awal 2000-an, saat membesut dua grup rock besar, Boomerang dan Jamrud.
Dalam Podcast Shindu's Scoop episode ini, kami berupaya mengarsipkan salah satu fragmen penting dalam sejarah panjang rock Indonesia. Adalah Log Zhelebour, salah satu sosok sentral dalam industri rock Indonesia medio 1980-an hingga 2000-an awal. Log adalah orang di balik Festival Rock yang ikonik, sebuah ajang seleksi band rock yang menghasilkan sederet nama besar, antara lain Elpamas, Grass Rock, Power Metal, Roxx, bahkan Slank pun sempat mengikuti kompetisi ini.