Cek Sound
Obrolan santai antara Bang @koms_dirtyrockin bersama…
Obrolan santai antara Bang @koms_dirtyrockin bersama…
Obrolan santai, informatif, dan mendalam, antara…
Diksi, diskusi dan refleksi, sebuah program yang akan…
Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal. Ini adalah cerita…
Podcast BPJS (Bicara Persoalan Jasmani dan Kesehatan)…
Ini dia obrolan seru mamak-mamak laskar pelancong,…
Ingin tahu mengapa Empu Ageng Oscar Motuloh hingga kini tidak memiliki akun media sosial atau mengapa ia tidak menikah, juga selalu mengenakan pakaian yang tidak disetrika? Pada episode tiga, Oscar Motuloh menjawab semua kalimat tanya yang menjadi rahasia dan memberi argumentasi beragam anomali. Selain itu, ia juga mengisahkan peran seorang ibu dan sahabat dalam kehidupannya.
Ketika SMP, Soleh Solihun berkenalan dan jatuh hati dengan lagu-lagu Iwan Fals. Semenjak itu pula, muncul keinginannya untuk bisa menulis dan menyanyi. Hingga kemudian 'hanya' sebagai penulis lah titian jejak sang legenda yang sampai kini baru bisa ia turut tapaki.
Meskipun setelah menjadi penulis dan jurnalis sukses ia akhirnya berjumpa Iwan Fals, keinginannya untuk mewawancarai langsung sang idola tersebut belum dapat terwujud. Baru sebatas virtual melalui rekaman suara. Bahkan, sampai kini ketika nama Soleh makin melejit sebagai komika dan youtuber ternama.
Dan, saking kagumnya, ada satu buah karya Soleh yang terinspirasi Iwan Fals. Apakah itu?
Berawal dari menggawangi buletin mahasiswa Karung Goni, akronim dari Kabar, Ungkapan, Gosip, dan Opini, karier jurnalistiknya kemudian berlanjut sebagai wartawan hiburan. Mulai dari Majalah Trax, Playboy, hingga Rolling Stones Indonesia pernah merasakan polesannya. Gelar jurnalistik bergengsi seperti Anugerah Adiwarta pun pernah diraihnya, meskipun saat itu sang ibu turut berdemo menentang kehadiran majalah tempatnya berkarya.
Kini, pria kelahiran1979 ini tetap berkecimpung di dunia media, namun dalam platform berbeda. Mulai dari penyiar radio, komika, penulis buku, pemain film, sutradara, hingga youtuber, ia lakoni. Berbagai profesi yang makin melambungkan namanya. Dari pencari berita, ia menjadi objek berita.
Namun, kendati berubah posisi, ia tetap punya atensi terhadap profesi jurnalis. Bahkan, kini terbit kekhawatirannya terhadap kualitas wartawan hiburan di zaman sekarang. Kenapa itu?
Salah satu kelebihan Donny Hardono ialah kejeliannya melihat peluang. Ketika banyak penyanyi bermunculan dan tidak memiliki band pengiring pada 1989, ia mendirikan Audiensi Band untuk menjawab kebutuhan tersebut.
Kini, Audiensi Band adalah salah satu band pengiring dengan jejak paling panjang. Yang istimewa ialah menjadi band tetap di Istana Negara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Audiensi Band juga mendapat rekor dunia dari Record Holders Republic saat mengiringi 100 biduan dengan 100 hits dalam sehari ketika konser menggalang dana untuk korban gempa Palu, Sigi, dan Donggala , Jakarta, Jumat (5/10/2018).
Salah satu kunci sukses Konser 7 Ruang adalah jejak panjang Donny Hardono sebagai musisi, penata suara, dan vendor sound system konser musik berskala nasional maupun internasional.
Pria yang lahir di Malang pada 11 Januari 1958 itu mulai menjadi pemain band profesional pada 1973. Sejak itu ia terus melangkah di dunia musik hingga kini.
Selain menceritakan perjalanan karirnya, dalam episode ini Donny juga memastikan kelanjutan Konser 7 Ruang seandainya pandemi telah selesai.
Berawal dari keprihatinan terhadap nasib para musisi, pekerja seni, dan tim produksi, Donny mencari solusi agar mereka tetap bisa berkreasi dan mendapat penghasilan.
Pemilik Don Sistem Suara (DSS) itu mengubah fungsi studio dan ruang-ruang di rumahnya menjadi tujuh ruang untuk membuat konser live streaming dengan menerapkan protokol kesehatan. Itulah cikal bakal Konser 7 Ruang (K7R). Kini, K7R menjadi salah satu solusi bagi musisi dan pekerja seni untuk berkreasi. Melepas rindu pada panggung yang selama ini mereka jejaki. Menyapa kembali penggemar yang berbulan-bulan tak lagi mereka temui dan menyambung hidup melalui donasi.
Arbain Rambey memberikan formula agar seorang fotografer berpeluang memenangi lomba foto.
Menurut Arbain, rumus menjadi juara lomba foto ada tiga, yaitu: bagus, indah, dan menarik. Ingin tahu apa maksud dari rumus tersebut? Simak penuturannya.
Arbain Rambey sejak belia menyukai hal-hal yang bertemali dengan fotografi. Saat kelas 1 SMP pada 1974 ia sudah mampu mencuci cetak foto. Tiga tahun kemudian, 17 Agustus 1977, berbekal kamera pinjaman Arbain pertama kali memotret. Setelah itu, pada 1978 ia membeli kamera Ricoh 500GX. Kamera itulah yang menemani petualangannya bersama seorang kawan naik sepeda motor dari Jakarta ke Larantuka, NTT, pulang pergi selama 26 hari. Bagi Arbain, fotografi bukan sekadar memberinya kehidupan, tetapi juga menghubungkan dan menguak sisi-sisi lain kehidupan.
Arbain mengisahkan, kenangan bersama Jakob Oetama membentang sepanjang hampir 30 tahun pengabdiannya di Kompas. Baginya, Jakob Oetama ialah sosok panutan yang tidak saja mengayomi, tetapi juga memiliki kearifan dan jiwa sosial yang sangat tinggi.
"Pak Jakob itu bukan cuma bos koran, dia benar-benar wartawan, tulisannya bagus. Saya simpan disket yang berisi tulisan-tulisannya. Dan, siapa pun yang minta tolong, kalau soal materi, selama dia punya pasti dia kasih." pujinya.
Arbain menceritakan secara lengkap momen-momen penting kebersamaannya dengan tokoh pers nasional itu saat berbincang dengan saya dalam program Diksi (Diskusi dan Refleksi) yang tayang di kanal Youtube Media Indonesia. Di samping itu, ia juga menyampaikan berbagai pandangan tentang fotografi yang melambungkan namanya. (Hariyanto)
Ingin tahu mengapa Empu Ageng Oscar Motuloh hingga kini tidak memiliki akun media sosial atau mengapa ia tidak menikah, juga selalu mengenakan pakaian yang tidak disetrika? Pada episode tiga, Oscar Motuloh menjawab semua kalimat tanya yang menjadi rahasia dan memberi argumentasi beragam anomali. Selain itu, ia juga mengisahkan peran seorang ibu dan sahabat dalam kehidupannya.
Sejarah bukanlah risalah rekaan masa silam. Ia bukan khayalan, melainkan kumpulan kenyataan.Bagi Oscar Motuloh, wartawan foto harus bisa mengabadikan kapan peristiwa itu jadi sejarah. Karena sejarah bukan hanya jejak, tetapi juga landasan berpijak. Selain memberi berbagai perspektif mengenai fotografi jurnalistik, pada episode ini Oscar juga berkisah tentang seorang satpam yang ia nilai sebagai orang yang paling berjasa dalam kariernya.