Superpod
Podcast ngomongin soal bisnis, yang akan memberikan…
Podcast ngomongin soal bisnis, yang akan memberikan…
Emak-emak cuma bisa ngegosip? Eits, jangan salah!…
Setiap orang punya ‘rasa gatal’ yang…
Obrolan santai antara Bang @koms_dirtyrockin bersama…
Obrolan santai, informatif, dan mendalam, antara…
Podcast Kick Andy adalah konten audio dari program…
Hampir setengah abad lalu, tepatnya pada tahun 1973, lahir sebuah album yang eksentrik berjudul Philosophy Gang. Album ini merupakan debut dari grup Harry Roesli Gang, dan dianggap sebagai salah satu album yang penting dalam sejarah musik modern Indonesia.
Philosophy Gang bisa dibilang album yang gila pada zamannya. Musik pada album ini eksploratif, liar, dan unik. Secara berani Harry Roesli Gang keluar dari pakem musik di industri era itu. Band ini juga secara implisit menyelipkan lirik-lirik kritis dan perlawanan pada pemerintah orde baru.
Kini, Isyana mencapai babak baru dalam evolusinya sebagai musisi. Isyana hadir dengan album ke-empat bertajuk Isyana, menghadirkan eksplorasi musik yang lebih liar lagi. Isyana melampaui batas-batas pop yang telah dikerjakannya dalam tiga album sebelumnya, menuju progresif-rock yang mencengangkan.
Melalui wawancara ini Isyana membagikan apa yang ada di kepalanya hingga menghasilkan karya-karya yang melampaui batas, keberaniannya mengeksplorasi suara dan perasaan, juga bagaimana dirinya berproses sebagai seorang musisi.
Bicara wajah musik pop Indonesia hari ini, Laleilmanino adalah jawabannya. Tritunggal penulis lagu yang terdiri dari Arya "Lale" Aditya Ramadhya, Ilman Ibrahim Isa, dan Anindyo "Nino" Baskoro telah melahirkan lebih dari selusin hit untuk berbagai penyanyi, grup, dan band.
Mulai dari hit "Rapsodi" dari JKT48 sampai anthem disko C.H.R.I.S.Y.E yang dibawakan Eva Celia dan Diskoria, atau lagu hit HiVi sampai Marion Jola. Semua diracik Laleilmanino dengan formula komposisi yang nyaman di telinga.
Satu dekade lebih Afgan menjaga tahta sebagai salah satu penyanyi pria terbaik Indonesia. Bukan hal mudah bertahan selama 14 tahun dalam industri musik yang kian gegas perputarannya. Jika bukan karena dedikasi, konsistensi, presistensi dan kecintaannya yang amat dalam pada musik, sulit bagi siapa saja untuk bisa menjaga eksistensi selama itu.
Dalam wawancara eksklusif ini, Afgan bercerita tentang hal-hal yang tak tampak di permukaan. Bagaimana dirinya menghadapi trauma dari perundungan di masa lalu, dan bagaimana perjuangan dirinya yang pemalu dan tertutup menaklukkan ribuan panggung. Afgan adalah simbol idola hari ini, yang tak pernah berpuas diri, terus mengembangkan diri dan tetap relevan.
Jika ada pertanyaan band apakah yang paling populer di Indonesia pada medio akhir 1960-an? Maka Dara Puspita adalah jawabannya. Dara Puspita juga dianggap sebagai grup band perempuan pertama yang mampu mendulang kesuksesan luar biasa di industri musik Indonesia.
Grup band perempuan asal Surabaya ini adalah nama penting bila membahas sejarah musik Indonesia. Lebih mengagumkannya lagi, band ini pernah melakukan tur Eropa dan mencoba menembus industri musik global pada tahun 1968-1971. Di Eropa, Dara Puspita menggelar lebih dari 250 pertunjukan!
25 tahun sudah Marjinal hadir dalam kancah punk Indonesia. Perjalanan mereka tak bisa dibilang sebentar, semangat berdikari yang mereka sebarkan melalui komunitas Taring Babi juga telah tumbuh, mengakar kuat, dan berdampak. Perjalanan Marjinal ikonik sejak era pergerakan reformasi 1998, saat musik mereka turut mengiringi perjuangan para mahasiswa. Hingga hari ini, mereka masih membuktikan diri hidup dan bertumbuh dengan segala yang mereka yakini, meski menentang dogma mayoritas.
Ada proses panjang sebelum lagu-lagu hit sampai di telinga kita. Mulai dari campur tangan Artist and Repertoire label, sampai teknisi audio (audio engineer).
Nama Stephan Santoso sebagai teknisi audio tidak bisa dipisahkan dari kesuksesan band-band era 2000-an awal. Mulai dari /rif, Cokelat, Padi, hingga Sheila On 7. Hampir semua album top era 2000-an awal lahir dari sentuhan Stephan Santoso dalam urusan teknis.
Stephan menyimpan banyak kisah menarik selama lebih dari 20 tahun di industri musik Indonesia. Mulai dari cerita album demo Sheila On 7 sampai ke meja label, sampai gelombang musik pop Melayu yang masif menerjang industri pada dekade pertama era 2000.
Hampir setengah abad lalu, tepatnya pada tahun 1973, lahir sebuah album yang eksentrik berjudul Philosophy Gang. Album ini merupakan debut dari grup Harry Roesli Gang, dan dianggap sebagai salah satu album yang penting dalam sejarah musik modern Indonesia.
Philosophy Gang bisa dibilang album yang gila pada zamannya. Musik pada album ini eksploratif, liar, dan unik. Secara berani Harry Roesli Gang keluar dari pakem musik di industri era itu. Band ini juga secara implisit menyelipkan lirik-lirik kritis dan perlawanan pada pemerintah orde baru.
Satu dekade sudah Raisa berkarier terhitung dari album debut self-titled yang dirilis pada 2011. Perlahan tapi pasti, Raisa kini menggenggam tongkat estafet diva terbesar Indonesia.
Dalam wawancara ini, Raisa bercerita tentang sisi personalnya yang jarang diketahui. Mulai dari cerita masa kecil, diam-diam menulis novel, lagu yang tercipta saat naik ojek, sampai kecintaannya pada badminton.
Raisa juga mengungkapkan bagaimana dirinya menghadapi tuntutan untuk selalu tampil sempurna, dan bagaimana menjaga "kewarasan" di tengah itu semua. Di balik sorot lampu panggung, tepuk tangan ribuan penonton, pujian tak terhingga, dan label kesempurnaan hakiki, inilah sisi personal seorang Raisa.
Dalam wawancara eksklusif ini, VoB secara gamblang menceritakan perjuangan mereka untuk tetap hidup dari musik. Menambal kebutuhan sehari-hari dengan berjualan seblak, jadi pramuniaga toko sepatu, jualan kerudung, sampai bekerja mencabuti bulu ayam mereka jalani. Perjuangan itu tentu mereka barengi dengan komitmen bermusik yang membawanya pada mewujudkan mimpi-mimpi masa lalu.
Merayakan Hari Musik Nasional, kami kembali menelusuri salah satu penyanyi perempuan legendaris dari ranah jazz/pop kreatif. Sudah hampir 50 tahun Ermy Kullit eksis di industri musik Indonesia. Namanya hari ini mungkin terdengar asing, tapi kiprahnya sejak dekade 1970-an jangan ditanya. Ermy malang-melintang di Asia Tenggara sebagai penyanyi di berbagai klub eksekutif. Sampai hari ini, namanya bukan hanya top di Indonesia, tapi juga di Singapura dan Malaysia.
Masih dengan semangat yang sama, Ermy kini menjaga konsistensi dalam merilis karya. Beberapa waktu lalu dia merilis lagu baru berjudul "Melodi Asmara" yang diproduseri tim produser muda S/EEK (Marco Steffiano, Joshua David Kunze, Jessi Mates, Adrian Rahmat Purwanto).